Pusaka Wahyu - CHAPTER 1: "PERMAINAN PETAK UMPET YANG SALAH"

 ARC BARU: "TEROWONGAN DI BAWAH CANDI SUKUH"


 

Candi Sukuh, 1658 Masehi

Matahari terik membakar punggung tiga bocah yang sedang berlarian di antara reruntuhan candi. Yang tertua, Joko (12 tahun), mengusap peluh di dahinya yang penuh luka kecil bekas jatuh dari pohon nangka. Di belakangnya, Siti (9 tahun) tertatih-tatih membawa boneka kayu berbentuk kumbang—hadiah terakhir ayahnya sebelum hilang di hutan. Paling belakang, Budi (7 tahun), adik Siti, terus bertanya:

"Kak, kata Ibu kita nggak boleh main dekat sumur tua!"

"Sumur tua itu cuma mitos!" sahut Joko sambil melompati batu berukir lingga-yoni yang tak ia pahami artinya. "Ayo, Siti jadi 'jaga'! Hitung sampai seratus!"

Siti menutup mata, mulai menghitung. Tapi saat mencapai "tujuh puluh tiga", teriakan Budi memecah kesunyian:

"KAK! LIHAT INI!"

Di balik semak dekat patung garuda yang sudah rusak, ada lubang sebesar ember—dindingnya dilapisi logam berkarat, bukan tanah. Dari dalam, angin dingin berhembus membawa suara... derit roda besi dan bisikan anak-anak lain.

"Jangan masuk, Budi—!" Siti berteriak, tapi adiknya sudah melompat ke dalam.

——

Di Bawah Tanah

Bau logam basi memenuhi hidung. Obor darurat dari bambu dan kain Joko menyala redup, memperlihatkan terowongan persegi yang terlalu rapi untuk buatan manusia biasa. Dindingnya dihiasi:

  • Ukiran bergambar manusia berkepala kumbang sedang menyembah pohon mekanik.

  • Tulisan kuno yang tiba-tiba bisa dibaca Budi: "Jalur Evakuasi 3-A. Menuju Ruang Stasis."

  • Tangan-tangan logam kecil (seukuran lengan anak) tergantung di langit-langit, jarinya bergerak-gerak seperti laba-laba.

"Kita harus keluar," bisik Siti, boneka kumbangnya bergetar aneh.

Tapi Budi sudah menyentuh salah satu ukiran. Kreek! Bagian dinding berputar, mengeluarkan ruangan bulat dengan:

  • 20 peti kaca berisi tubuh anak-anak seumuran mereka, utuh seperti baru tidur.

  • Layar kristal penuh simbol aneh yang berkedip-kedip.

  • Mainan kayu—persis seperti boneka Siti—berserakan di lantai.

"Lihat! Ada nama di sini!" Joko menyeka debu dari salah satu peti. Tertulis:

"SUBJEK A-17: SITI. USIA 9. STATUS: TERTIDUR."

Siti menjerit.

——

 

Hajriah Fajar is a multi-talented Indonesian artist, writer, and content creator. Born in December 1987, she grew up in a village in Bogor Regency, where she developed a deep appreciation for the arts. Her unconventional journey includes working as a professional parking attendant before pursuing higher education. Fajar holds a Bachelor's degree in Computer Science from Nusamandiri University, demonstrating her ability to excel in both creative and technical fields. She is currently working as an IT professional at a private hospital in Jakarta while actively sharing her thoughts, artwork, and experiences on various social media platforms.

Thank you for stopping by! If you enjoy the content and would like to show your support, how about treating me to a cup of coffee? �� It’s a small gesture that helps keep me motivated to continue creating awesome content. No pressure, but your coffee would definitely make my day a little brighter. ☕️ Buy Me Coffee

Posting Komentar untuk "Pusaka Wahyu - CHAPTER 1: "PERMAINAN PETAK UMPET YANG SALAH""