Pusaka Wahyu - CHAPTER 4: "RAHASIA SUMUR TUA"
Dingin.
Itulah satu-satunya yang Arya rasakan saat kesadarannya kembali. Tubuhnya tergantung terbalik di langit-langit gua, pergelangan kaki terlilit oleh akar besi berkarat yang menusuk daging seperti kait ikan. Di bawahnya, kolam air hitam beriak setiap kali tetesan darahnya jatuh.
"Jangan bergerak," bisik suara perempuan itu—lebih lemah sekarang, seperti terhalang sesuatu. "Mereka bisa mendengar pikiranmu."
Di tengah ruangan, Sesepuh Agung—atau lebih tepatnya makhluk yang menyamar sebagai manusia—sedang menggerakkan tangan-tangan logamnya di atas altar batu. Batu Wahyu Sanggargawa yang sebelumnya menyatu dengan dada Arya kini tergeletak di sana, dikelilingi oleh lima tengkorak emas.
"Keturunan Atlantis terakhir," derit suaranya sambil memutar sebuah roda bergigi di lantai. "Darahmu akan membuka Gerbang Langit."
Dari balik bayangan, sosok-sosok aneh merayap mendekat. Mereka seperti manusia, tapi—
Kulitnya transparan, memperlihatkan tulang-tulang tembaga di dalamnya.
Kepala mereka terlalu besar, mata hitam tanpa pupil menyala biru pucat.
Jari-jarinya berselaput, ujungnya bercabang seperti kabel yang terurai.
Para Malaikat Tanpa Wajah.
Salah satu dari mereka mengangkat tangan, dan tiba-tiba—
Sreeeet!
Rasa sakit yang tak terkatakan menghujam pelipis Arya. Gambar-gambar asing membanjiri pikirannya:
Sebuah kota megah dengan menara-menara kristal, terapung di atas awan.
Pohon raksasa yang akarnya menembus bumi sampai ke inti dunia.
Ledakan dahsyat, dan jeritan jutaan suara ketika kota itu jatuh.
"Ini kenangan mereka," suara perempuan itu bergetar. "Kenangan sebelum dikhianati."
Di tengah kesakitan, Arya menyadari sesuatu—garis-garis emas di tubuhnya bereaksi. Getah Dewa yang selama ini diam mulai bergerak, merayap ke atas melalui pembuluh darahnya seperti akar mencari air.
Dan di dasar kolam air hitam itu... sesuatu menyala.
——
Posting Komentar untuk "Pusaka Wahyu - CHAPTER 4: "RAHASIA SUMUR TUA""
You are welcome to share your ideas with us in comments!