Bab 19: Perjalanan Dimulai
Angin berhembus kencang, membawa aroma basah dari hutan yang lebat. Fajar, Rina, dan Lila berdiri di tepi jalan setapak yang dipenuhi dedaunan basah, menatap ke arah langit yang gelap. Awan mendung menggantung rendah, seolah-olah mengancam akan menumpahkan hujan deras kapan saja. Fajar merasakan ketegangan di udara, dan detak jantungnya berdegup lebih cepat.
“Sepertinya kita akan terjebak dalam badai,” kata Rina, mengerutkan dahi sambil menatap peta yang terlipat di tangannya. “Kita harus cepat bergerak sebelum cuaca semakin buruk.”
“Jangan khawatir, Rina. Raksaka akan melindungi kita,” jawab Fajar, berusaha memberikan keyakinan meskipun dia sendiri merasakan keraguan. Dia bisa merasakan kehadiran Raksaka, entitas pelindung yang selalu bersamanya, memberikan dorongan semangat di tengah ketidakpastian.
Lila, yang berdiri di samping Fajar, tersenyum lebar. “Kalau kita terjebak, kita bisa membuat perkemahan kecil dan bercerita tentang petualangan kita sebelumnya. Siapa tahu, bisa jadi momen yang menyenangkan!”
Fajar tertawa, merasakan suasana hati yang lebih ringan. “Kau selalu bisa menemukan sisi cerah, Lila. Tapi mari kita coba untuk tidak terjebak dalam badai, ya?”
Mereka melanjutkan perjalanan, langkah kaki mereka berirama di atas tanah yang lembab. Fajar merasakan peningkatan indra yang diberikan oleh Raksaka, membuatnya lebih waspada terhadap setiap suara dan gerakan di sekelilingnya. Setiap kali angin berhembus, dia bisa mendengar bisikan lembut dari pepohonan, seolah-olah mereka memperingatkan tentang bahaya yang mengintai.
Tiba-tiba, suara gemuruh menggelegar terdengar dari kejauhan, diikuti oleh kilatan cahaya yang menyilaukan. “Ayo, cepat!” seru Rina, mempercepat langkahnya. “Kita harus menemukan tempat berlindung!”
Mereka berlari, menembus hutan yang semakin gelap. Fajar merasakan adrenalin mengalir dalam dirinya, dan dia bisa merasakan kekuatan Raksaka mengalir bersamanya. Dalam sekejap, dia mengangkat tangan, menciptakan perisai energi yang melindungi mereka dari hujan deras yang mulai turun.
“Wow, itu luar biasa!” Lila berteriak, terpesona melihat perisai yang berkilau di depan mereka. “Kau benar-benar bisa melakukannya!”
“Ini semua berkat Raksaka,” jawab Fajar, merasa bangga sekaligus bersyukur. “Tapi kita harus tetap fokus. Kita belum aman.”
Saat mereka berlari, Fajar merasakan sesuatu yang aneh. Di antara suara hujan dan angin, dia mendengar suara gemuruh yang berbeda. Seolah-olah ada sesuatu yang bergerak di balik pepohonan. “Hati-hati,” bisiknya, memperlambat langkahnya. “Ada sesuatu di dekat sini.”
Rina dan Lila saling bertukar pandang, ketegangan mulai menyelimuti mereka. “Apa itu?” tanya Rina, suaranya bergetar.
Fajar menutup matanya sejenak, mencoba merasakan kehadiran makhluk itu. “Aku tidak tahu, tapi kita harus bersiap-siap,” jawabnya, merasakan energi Raksaka mengalir lebih kuat. “Siap-siap, kita mungkin harus melawan.”
Tiba-tiba, dari balik semak-semak, muncul sosok besar dengan mata menyala. Makhluk itu berdiri setinggi dua meter, dengan tubuh kekar yang ditutupi oleh bulu hitam legam yang basah, seolah-olah baru saja keluar dari genangan air. Bulu-bulu itu berkilau di bawah cahaya kilat, memberikan kesan menakutkan.
Kepala makhluk itu berbentuk menyerupai serigala, tetapi dengan rahang yang lebih besar dan gigi tajam yang terlihat mengancam. Matanya bersinar merah menyala, memancarkan aura kebencian dan kemarahan. Telinganya yang runcing bergerak-gerak, seolah-olah mendeteksi keberadaan mereka. Di bagian punggungnya, terdapat duri-duri tajam yang menjulang, menambah kesan mengerikan pada sosoknya.
Fajar merasakan jantungnya berdegup kencang, tetapi dia tahu bahwa dia tidak sendirian. Dengan Rina dan Lila di sampingnya, dia merasa lebih kuat. “Raksaka, bantu kami!” serunya, mengangkat tangan untuk mempersiapkan serangan.
“Fajar, kita bisa melakukannya!” Lila berteriak, semangatnya menular ke Rina yang juga bersiap.
Makhluk itu melangkah maju, mengeluarkan raungan yang mengguncang hutan. Suara itu seperti guntur, membuat dedaunan bergetar dan tanah bergetar di bawah kaki mereka. Fajar bisa merasakan aura gelap yang mengelilingi makhluk itu, dan dia tahu bahwa ini adalah ujian pertama mereka.
“Jangan panik! Kita harus bekerja sama!” Fajar berteriak, berusaha menenangkan kedua temannya. “Raksaka, tunjukkan kekuatanmu!”
Dalam sekejap, Fajar merasakan aliran energi yang kuat mengalir melalui tubuhnya. Dia mengangkat tangan, menciptakan perisai energi yang lebih besar, melindungi mereka dari serangan makhluk itu. “Lila, Rina! Siapkan diri kalian!”
Lila mengangguk, mengeluarkan senjata kecil yang dia bawa. “Aku siap, Fajar! Kita harus melindungi satu sama lain!”
Rina, meskipun terlihat ketakutan, menguatkan tekadnya. “Kita tidak bisa mundur sekarang. Kita harus melawan!”
Makhluk itu melompat ke arah mereka, mengeluarkan raungan yang mengguncang hutan. Fajar merasakan getaran di tanah saat makhluk itu mendarat, tetapi dia tidak mundur. Dengan keberanian yang baru ditemukan, dia mengarahkan perisai energi ke arah makhluk itu, memantulkan serangan yang dilancarkan.
“Sekarang!” teriak Fajar, memberi sinyal kepada Lila dan Rina. Mereka bergerak serentak, berusaha mengelilingi makhluk itu. Lila melemparkan senjata kecilnya, sementara Rina menggunakan kekuatan yang dia miliki untuk menciptakan gangguan.
Fajar merasakan kekuatan Raksaka mengalir lebih kuat, dan dia bisa merasakan energi di sekelilingnya bergetar. “Raksaka, bantu aku!” serunya, mengumpulkan semua keberanian yang dia miliki. Dalam sekejap, dia menciptakan senjata energi yang bersinar, siap untuk menyerang.
Dengan satu gerakan cepat, Fajar meluncurkan senjata energi ke arah makhluk itu. Senjata itu melesat dengan kecepatan tinggi, menghantam makhluk tersebut dan membuatnya terhuyung. “Kita bisa melakukannya!” Fajar berteriak, semangatnya membara.
Makhluk itu terjatuh, tetapi tidak menyerah. Ia bangkit kembali, semakin marah. Fajar merasakan ketegangan di udara, tetapi dia tahu bahwa mereka tidak bisa mundur. “Kita harus bersatu! Raksaka, berikan kami kekuatan!”
Dalam momen itu, Fajar merasakan ikatan yang semakin kuat antara mereka. Mereka bukan hanya sekadar teman; mereka adalah tim yang siap menghadapi apa pun yang datang. Dengan keberanian yang baru ditemukan, mereka bersiap untuk menghadapi tantangan yang akan menguji kekuatan dan persahabatan mereka.
“Sekarang, serang bersama-sama!” Fajar memimpin, dan ketiganya meluncurkan serangan bersamaan. Suara raungan makhluk itu bergema di hutan, tetapi di dalam hati mereka, ada keyakinan yang tak tergoyahkan. Mereka akan menghadapi apa pun yang datang, bersama-sama.
Posting Komentar untuk "Bab 19: Perjalanan Dimulai"
You are welcome to share your ideas with us in comments!