Bab 13: Pertarungan Melawan Makhluk


Di tengah hutan yang lebat, suasana tegang menyelimuti Fajar dan teman-temannya. Mereka berkumpul di sebuah clearing, di mana cahaya matahari menembus celah-celah dedaunan, menciptakan pola cahaya yang indah namun kontras dengan ketegangan yang mereka rasakan. Fajar, dengan napas yang teratur, berusaha menenangkan diri. “Kita sudah berlatih keras untuk ini. Kita bisa melakukannya,” ujarnya, berusaha memberi semangat kepada Rina dan Doni yang tampak cemas.

Konfrontasi

Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar dari arah hutan. Fajar menegakkan punggungnya, merasakan getaran di tanah. “Itu dia,” bisiknya, matanya terfokus pada bayangan besar yang muncul di antara pepohonan. Makhluk itu, Goraksa, kembali. Dengan tubuhnya yang besar dan bulu hitam legam, Goraksa tampak lebih menakutkan dari sebelumnya, seolah-olah ia telah belajar dari kekalahannya sebelumnya.

“Fajar, kita harus bersiap!” teriak Rina, suaranya bergetar. Doni mengangguk, wajahnya serius. “Kita tidak bisa membiarkannya menghancurkan desa lagi.”

Fajar mengangkat tangannya, merasakan energi mengalir di dalam dirinya. “Ingat, kita harus bekerja sama. Rina, kau ambil posisi di sebelah kiri. Doni, kau di sebelah kanan. Aku akan menghadapi Goraksa langsung,” perintahnya, suaranya tegas meskipun hatinya berdebar.

Penggunaan Strategi

Saat Goraksa melangkah maju, Fajar bisa merasakan aura gelap yang mengelilinginya. “Kita harus memecah perhatian Goraksa,” pikirnya. Dengan cepat, ia menciptakan perisai energi di depannya, bersiap untuk serangan pertama. Goraksa mengeluarkan raungan menggetarkan, melompat ke arah Fajar dengan cakar-cakar tajamnya.

“Sekarang!” teriak Fajar. Rina dan Doni bergerak serentak. Rina melepaskan serangan energi dari jarak jauh, sementara Doni berlari mengelilingi Goraksa, berusaha menarik perhatian makhluk itu. Fajar memanfaatkan momen itu untuk meluncurkan serangan energi, menciptakan gelombang yang menghantam Goraksa.

Namun, Goraksa dengan gesit menghindar, dan serangan itu hanya mengenai bagian samping tubuhnya. “Ayo, Fajar! Lebih fokus!” teriak Rina, memberikan semangat. Fajar mengangguk, berusaha menenangkan pikirannya. Ia tahu bahwa setiap serangan harus terencana.

Dengan strategi yang lebih matang, Fajar memutuskan untuk menggunakan kombinasi serangan. “Rina, serang lagi! Doni, siapkan dirimu untuk menyerang dari belakang!” Fajar berteriak, mengarahkan energi ke tangannya, menciptakan pedang energi yang bersinar terang.

Kemenangan dan Kerugian

Goraksa kembali menyerang, kali ini dengan lebih agresif. Ia meluncurkan serangan cakar ke arah Fajar, tetapi Fajar berhasil mengangkat perisai energi tepat waktu. “Kau tidak akan menang kali ini!” teriaknya, meluncurkan pedang energi ke arah Goraksa. Senjata itu melesat dengan cepat, mengenai makhluk itu di bagian bahu.

Goraksa mengeluarkan raungan kesakitan, tetapi ia tidak menyerah. Dalam sekejap, makhluk itu melancarkan serangan balasan, menghantam Doni yang sedang bersiap di belakang. “Doni!” Fajar berteriak, melihat temannya terjatuh. Rina segera berlari untuk membantu Doni, sementara Fajar merasakan kemarahan dan ketidakberdayaan.

“Tidak! Kita tidak bisa kalah!” Fajar berteriak, mengumpulkan semua energi yang tersisa. Dengan satu gerakan penuh semangat, ia menciptakan gelombang energi yang lebih besar, menghantam Goraksa dengan kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Makhluk itu terhuyung mundur, dan Fajar melihat kesempatan itu.

“Sekarang, serang bersamaan!” Fajar memerintahkan. Rina dan Doni, meskipun terluka, segera bangkit dan meluncurkan serangan bersamaan. Gelombang energi dari ketiga arah menghantam Goraksa, dan dengan satu serangan terakhir, makhluk itu terjatuh, mengeluarkan suara mengerikan sebelum akhirnya terdiam.

Fajar berdiri di sana, napasnya terengah-engah. Kemenangan itu terasa manis, tetapi saat ia melihat Doni yang terjatuh dan Rina yang berusaha membantunya, rasa bangga itu bercampur dengan kesedihan. “Kita menang, tetapi…,” Fajar terdiam, menyadari bahwa perjuangan mereka belum berakhir.

Hari itu mengajarkan Fajar bahwa menjadi pahlawan bukan hanya tentang kemenangan, tetapi juga tentang pengorbanan dan tanggung jawab. Dengan tekad yang lebih kuat, ia berjanji untuk melindungi desa dan teman-temannya, tidak peduli seberapa besar tantangan yang akan datang.

Hajriah Fajar is a multi-talented Indonesian artist, writer, and content creator. Born in December 1987, she grew up in a village in Bogor Regency, where she developed a deep appreciation for the arts. Her unconventional journey includes working as a professional parking attendant before pursuing higher education. Fajar holds a Bachelor's degree in Computer Science from Nusamandiri University, demonstrating her ability to excel in both creative and technical fields. She is currently working as an IT professional at a private hospital in Jakarta while actively sharing her thoughts, artwork, and experiences on various social media platforms.

Thank you for stopping by! If you enjoy the content and would like to show your support, how about treating me to a cup of coffee? �� It’s a small gesture that helps keep me motivated to continue creating awesome content. No pressure, but your coffee would definitely make my day a little brighter. ☕️ Buy Me Coffee

Posting Komentar untuk "Bab 13: Pertarungan Melawan Makhluk"