Bab 11: Latihan Pertama
Fajar berdiri di tengah lapangan terbuka, di mana sinar matahari pagi menyinari wajahnya dengan hangat. Suara burung berkicau dan angin sepoi-sepoi menambah suasana damai, tetapi di dalam hatinya, ada gelombang semangat dan kecemasan yang saling beradu. Hari ini adalah hari pertama ia akan berlatih secara intensif untuk menguasai kekuatan Raksaka.
Pelatihan Intensif
Dengan semangat yang membara, Fajar memulai latihan. Ia mengingat kembali semua yang diajarkan Raksaka tentang manipulasi energi. "Kamu harus merasakan energi di sekitarmu, Fajar," suara Raksaka terngiang di telinganya. "Energi itu ada di mana-mana, seperti udara yang kamu hirup."
Fajar mencoba menutup matanya, menarik napas dalam-dalam, dan merasakan aliran energi di sekelilingnya. Namun, yang ia rasakan hanyalah angin yang berhembus dan suara dedaunan. "Apa aku benar-benar bisa melakukan ini?" pikirnya, sedikit ragu.
Setelah beberapa saat berjuang dengan konsentrasi, Fajar mulai merasakan sesuatu. Seperti aliran listrik yang lembut, energi itu mengalir melalui tubuhnya. Ia membuka matanya dan mengangkat tangan, berusaha memfokuskan energi itu. Tiba-tiba, sebuah cahaya biru lembut muncul di telapak tangannya. "Wow, ini dia!" serunya, terkejut sekaligus senang.
Pertemuan dengan Mentor
Di tengah latihan, seorang pria tua muncul dari balik pepohonan. Dengan jubah sederhana dan tatapan tajam, ia memperkenalkan diri sebagai Pak Arif, seorang mantan pendekar yang telah mengabdikan hidupnya untuk melatih generasi muda. "Kau tampaknya memiliki potensi, Fajar. Tapi, tanpa bimbingan yang tepat, potensi itu bisa menjadi bumerang," katanya dengan nada serius.
Fajar merasa terhormat sekaligus sedikit terintimidasi. "Apa yang harus saya lakukan, Pak?" tanyanya, penuh harap.
Pak Arif tersenyum, "Pertama, kita akan mulai dengan dasar-dasar seni bela diri. Kekuatanmu harus seimbang dengan keterampilan fisik. Mari kita lihat seberapa cepat kamu bisa bergerak."
Latihan dimulai dengan gerakan dasar. Fajar berusaha mengikuti setiap instruksi dengan seksama. "Kaki lebih lebar, Fajar! Seperti kamu sedang berdiri di atas dua ekor kucing!" Pak Arif berteriak, membuat Fajar tertawa. "Kucing? Kenapa harus kucing?"
Karena kucing itu lincah dan tidak mudah jatuh!" jawab Pak Arif sambil tertawa.
Kemajuan yang Dicapai
Setelah berjam-jam berlatih, Fajar mulai merasakan kemajuan. Ia bisa mengendalikan energi dengan lebih baik, dan gerakan tubuhnya semakin lincah. "Kau sudah menunjukkan kemajuan yang luar biasa, Fajar. Ingat, latihan adalah kunci. Setiap tetes keringatmu adalah investasi untuk masa depan," kata Pak Arif, memberikan semangat.
Fajar merasa bangga. Ia tidak hanya belajar mengendalikan kekuatan, tetapi juga menemukan sisi baru dari dirinya yang penuh keberanian. "Aku bisa melakukannya," bisiknya pada diri sendiri, bertekad untuk terus berlatih.
Namun, di balik semua kemajuan itu, ada rasa takut yang mengintai. "Apa jika aku gagal? Apa jika aku tidak bisa melindungi desa?" pikirnya. Tetapi, saat melihat senyum Pak Arif dan mendengar kata-kata dorongannya, Fajar merasa sedikit lebih tenang.
Hari itu berakhir dengan rasa lelah yang menyenangkan. Fajar pulang dengan semangat baru, siap menghadapi tantangan yang lebih besar. Ia tahu, perjalanan ini baru saja dimulai, dan setiap langkah yang diambilnya adalah bagian dari takdir yang lebih besar.
Dengan tekad yang menggebu, Fajar berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak hanya menjadi pelindung desa, tetapi juga menjadi pahlawan yang akan dikenang dalam sejarah.
Posting Komentar untuk "Bab 11: Latihan Pertama"
You are welcome to share your ideas with us in comments!