Djogjakarta, Mei 2017

Dokumentasi Gathering, tahun 2017 Kemarin ke Djogjakarta. Mei 2017.
Gathering yang di Ikuti karyawan RSIJ Sukapura di bawah pimpinan direktur utama dr. Rachmat Mulyana Memet, Sp.Rad. Merupakan seorang dokter spesialis radiologi. Saat ini beliau berpraktik di RS Islam Jakarta Sukapura di Jakarta Utara.
Dari banyaknya tempat wisata disana, tentunya tidak banyak yang dapat kami datangi, diantara nya.

  • Goa Pindul

Goa Pindul Jogja adalah sebuah goa yang sangat unik, dimana di dalam goa ini terdapat sebuah sungai yang melintas disepanjang goa tersebut.
Cave tubing adalah aktifitas menyusuri sungai yang ada di dalam goa dengan menggunakan sebuah ban pelampung.
Terdapat tiga zona yang harus dilalui ketika melintas di Goa Pindul, yaitu zona terang, zona gelap, dan zona remang.
Dan Zona Gelap berada di tengah tengah dalam goa Pindul.
Tepat di tengah tengah goa terdapat ruang yang cukup besar, dan uniknya diatas ruang tersebut terdapat sebuah lobang, yang biasanya digunakan sebagai jalur pintu masuk vertikal oleh TIM SAR .
Setiap pengunjung yang menyusuri Goa Pindul dengan menggunakan pelampung, akan menjumpai stalagtit yang sangat besar.
Sedangkan untuk pria, air yang menetes tersebut dapat meningkatakan vitalitas pria.
Karena kedua orang tersebut mempunyai kesaktian yang sangat luar biasa, bukit yang di daki nya pun runtuh hingga menyisakan lubang yang cukup besar yang di bawahnya terdapat air sungai yang mengalir.
Sang bayi mungil yang diperintahkan untuk dibunuh oleh Panembahan Senopati dimandikan oleh Ki Ageng dan Ki Juru Mertani di aliran sungai di bawah Lobang bukit tersebut.
Hal itulah yang melatar belakangi asal mula nama Goa Pindul.
Ada dua alternatif transportasi yang dapat digunakan agar dapat sampai ke Goa Pindul Jogja, yaitu dengan menggunakan angkutan umum dan kendaraan pribadi.

Wisata Goa Pindul menawarkan aktifitas yang lumayan membutuhkan keberanian yakni cave tubing serta pemandangan stalaktit dan stalakmit yang mengagumkan saat anda susur goa bawah tanahnya.
Goa Pindul ini tepatnya ada di Desa Gelaran 1, Kelurahan Bejiharjo, di Kecataman Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
Goa ini berada sekitar 7 km jauhnya dari pusat Kota Wonosari yang merupakan ibu kota Kabupaten Gunungkidul dan bisa dicapai dengan waktu tempuh sekitar 2 jam jika perjalanan dimulai dari Yogyakarta.

  • Tebing Breksi

Taman Tebing Breksi merupakan bongkahan tebing dengan beberapa sisi yang sengaja dipahat dan awalnya merupakan lokasi tambang batu breksi yang jadi pendapatan utama warga sekitarnya.
Namun siapa yang kira jika kemudian tebing ini bertransformasi menjadi sebuah objek wisata jogja yang banyak disukai oleh wisatawan khususnya orang-orang yang menyukai petualangan alam Dimanakah lokasi & alamat Tebing Breksi yang bahkan anak tangganya saja cocok dijadikan tempat pengambilan foto ini?
Kunjungan ke Taman Tebing Breksi tak lepas dari konsep Jogja Geowisata, yang mengantar wisatawan ke tempat-tempat berlatar kisah geologis di Yogyakarta.
Taman Tebing Breksi berlokasi di Kelurahan Sambirejo, Kabupaten Sleman, dengan jarak sekitar dua kilometer saja dari Candi Ijo yang terkenal.
Tapi kalau kamu naik dan berada dipuncaknya, kamu akan melihat beberapa pemandangan lain sekaligus diantaranya adalah Candi Barong, Gunung Merapi, Kota Yogyakarta, Candi Prambanan dan Candi Sojiwan Lokasi tebing breksi jogja Dua tahun yang lalu, tepatnya pada bulan Mei 2015, Sri Sultan Hamengku Buwono X telah menandatangani sebuah prasasti yang menyebutkan bahwa Taman Tebing Breksi adalah salah satu lokasi cagar budaya.
Tebing Breksi ini juga berdekatan dengan Candi Ijo yang merupakan candi tertinggi di Yogyakarta loh, jadi kalau kamu main-main ke sini, berpetualang di sini, kamu bisa sekalian berwisata sejarah di Candi Ijo jogja spot sunsetnya tak kalah keren lokasi tebing breksi jogja Untuk rute/akses menuju ke Tebing Breksi, kamu bisa mengikuti arah menuju ke Candi Prambanan terlebih dahulu, karena ini adalah rute termudahnya.
  •  Candi Prambanan
Sebut saja Candi Prambanan, megah, unik, dan merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia.
Konon, candi ini dipersembahkan untuk Trimurti atau tiga dewa utama Hindu, yaitu Brahma (dewa pencipta), Wishnu (dewa pemelihara), dan Siwa (dewa pemusnah).
Menurut prasasti Siwaghra, nama asli kompleks Candi Prambanan adalah Siwagrha, yang memiliki arti Rumah Siwa.
Candi yang masuk dalam situs warisan dunia UNESCO sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara ini memiliki arsitektur bangunan berbentuk tinggi dan ramping.
Kompleks Candi Parambanan punya 4 pintu masuk, yang dibuat mengikuti arah penjuru mata angin, akan tetapi arah hadap bangunan ini ke arah timur.
Sampai saat ini belum dapat dipastikan kapan candi ini dibangun dan atas perintah siapa, namun kuat dugaan bahwa Candi Prambanan dibangun sekitar pertengahan abad ke-9 oleh raja dari Wangsa Sanjaya, yaitu Raja Balitung Maha Sambu.
Dugaan tersebut didasarkan pada isi Prasasti Syiwagrha yang ditemukan di sekitar Prambanan dan saat ini tersimpan di Museum Nasional di Jakarta.
Denah asli Candi Prambanan berbentuk persegi panjang, terdiri atas halaman luar dan tiga pelataran, yaitu Jaba (pelataran luar), Tengahan (pelataran tengah) dan Njeron (pelataran dalam).
Di tengah pelataran luar, terdapat pelataran kedua, yaitu pelataran tengah yang berbentuk persegi panjang seluas 222 m2.
Di teras pertama, yaitu teras yang terbawah, terdapat 68 candi kecil yang berderet berkeliling, terbagi dalam empat baris oleh jalan penghubung antarpintu pelataran.
Seluruh candi di pelataran tengah ini mempunyai bentuk dan ukuran yang sama, yaitu luas denah dasar 6 m2 dan tinggi 14 m. Hampir semua candi di pelataran tengah tersebut saat ini dalam keadaan hancur.
Pelataran dalam, merupakan pelataran yang paling tinggi letaknya dan yang dianggap sebagai tempat yang paling suci.
Pelataran ini berdenah persegi empat seluas 110 m2, dengan tinggi sekitar 1,5 m dari permukaan teras teratas pelataran tengah.
Di depan masing-masing gerbang pelataran teratas terdapat sepasang candi kecil, berdenah dasar bujur sangkar seluas 1, 5 m2 dengan tinggi 4 m. Di pelataran dalam terdapat 2 barisan candi yang membujur arah utara selatan.
  • Jalan Malioboro
Malioboro merupakan kawasan perbelanjaan yang legendaris yang menjadi salah satu kebanggaan kota Yogyakarta.
Salah satu cara berbelanja di Malioboro adalah dengan proses tawar-menawar terutama untuk komoditi barang barang yang berupa souvenir dan cenderamata yang dijajakan oleh pedagang kaki lima yang berjajar di sepanjang trotoar jalan Malioboro.
Hal ini juga berlaku bila wisatawan berkunjung dan belanja di pasar tradisional Beringharjo yang letaknya tak jauh dari Malioboro.
Obyek wisata sejarah yang berdekatan dengan Malioboro seperti : Keraton Yogyakarta, Alun-alun Utara, Masjid Agung, Benteng Vredeburg, Museum Sonobudoyo dan Kampung Kauman.
Wisatawan juga dapat menyaksikan kekhasan lain dari Malioboro seperti puluhan andong dan becak yang parkir berderet disebelah kanan jalan pada jalur lambat Malioboro.
Sedangkan pada sebelah kiri jalan wisatawan dapat melihat ratusan kendaraan bermotor yang diparkir berjajar yang menjadi tanda bahwa Malioboro merupakan kawasan yang banyak menyedot para pengunjung.
Akses Malioboro merupakan kawasan wisata yang menjadi andalan dari kota yogyakarta sehingga banyak cara untuk sampai ketempat ini.
Harga Tiket Kawasan Malioboro merupakan tempat umum sehingga wisatawan tidak dikenakan biaya, hanya dikenakan biaya perkir dan akomodasi sebagai sarana penunjang yang mendukung sektor kepariwisataan di tempat ini sudah sangat lengkap.
Atau mencari penginapan di bagian barat, yaitui di Jalan Ngasem dan daerah Wijilan yang letaknya tidak jauh dari Malioboro.
Tersedia juga kios yang menyediakan oleh –oleh makanan khas Yogyakarta yang berada di Jalan Mataram atau sebelah barat Malioboro yang menyediakan beragam jenis dan bentuk oleh-oleh dan penganan khas Jogja seperti yangko, geplak, bakpia, berbagai jenis keripik dan lain-lain.

Keberadaan Malioboro sering pula dikaitkan dengan tiga tempat sakral di Yogya yakni Gunung Merapi, Kraton dan Pantai Selatan.
Kata Malioboro juga berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama Marlborough yang pernah tinggal disana pada tahun 1811 - 1816 M. Pendirian jalan malioboro bertepatan dengan pendirian Kraton Yogyakarta.
Awalnya Jalan Malioboro ditata sebagai sumbu imaginer antara Pantai Selatan (Pantai Parangkusumo) - Kraton Yogya - Gunung Merapi.
Malioboro mulai ramai pada era kolonial 1790 saat pemerintah Belanda membangun benteng Vredeburg pada tahun 1790 di ujung selatan jalan ini.
Tahun 1887 Jalan Malioboro dibagi menjadi dua dengan didirikannya tempat pemberhentian kereta api yang kini bernama Stasiun Tugu Yogya.
Di sisi selatan Jalan Malioboro pernah terjadi pertempuran sengit antara pejuang tanah air melawan pasukan kolonial Belanda yang ingin menduduki Yogya.
Klik Disini Untuk Album Lain nya
Hajriah Fajar is a multi-talented Indonesian artist, writer, and content creator. Born in December 1987, she grew up in a village in Bogor Regency, where she developed a deep appreciation for the arts. Her unconventional journey includes working as a professional parking attendant before pursuing higher education. Fajar holds a Bachelor's degree in Computer Science from Nusamandiri University, demonstrating her ability to excel in both creative and technical fields. She is currently working as an IT professional at a private hospital in Jakarta while actively sharing her thoughts, artwork, and experiences on various social media platforms.

Thank you for stopping by! If you enjoy the content and would like to show your support, how about treating me to a cup of coffee? �� It’s a small gesture that helps keep me motivated to continue creating awesome content. No pressure, but your coffee would definitely make my day a little brighter. ☕️ Buy Me Coffee

Posting Komentar untuk "Djogjakarta, Mei 2017"