Wisata Desa Adat Beleq dan Bukit Selong di Sembalun
“Terima kasih Rinjani” ini ungkapan pertama ketika saya sudah diizinkan untuk menyinggahi titik puncaknya. Gunung Rinjani yang terletak di Desa Sembalun ternyata juga menyimpan surga-surga kecil yang tidak banyak diekspose. Melalui perbincangan panjang dengan Bapak pemilik rumah yang saya singgahi setelah turun gunung ternyata banyak curug yang letaknya tidak jauh dari jalur trek. Beliau pun membeberkan foto-foto cantik curug-curug ini yang sudah dibukukan sehingga terususun rapi. Tapi dengan keadaan fisik yang butuh banyak istirahat, saya urungkan perasaan untuk melihat tempat-tempat bagus itu.
Promosi tentang tempat-tempat di Sembalun berlanjut. Nah beliau mengajak saya ke suatu tempat dengan pemandangan epik dan wisata budaya yang menjadi satu paket yakni bukit Selong. Mendengar kata “bukit” pikiran saya langsung mengartikan dengan kata “naik”. Lumayan membuat saya sejenak menarik napas panjang karena keadaan kaki yang belum dapat bebas digerakkan. Kalian pasti tahu rasanya kaki sehabis turun gunung, mantap!
Letak bukit Selong tidak berada di pinggir jalan raya, jadi sebaiknya mengajak guide atau penduduk lokal untuk mengantar. Berjarak sekitar 15 menit dari tempat registrasi gerbang pendakian Gunung Rinjani via Sembalun.
Pengalaman pertama yang akan didapat adalah melihat suatu desa dengan beberapa rumah Adat Beleq Sembalun berjejer yang konon adalah desa dan rumah adat pertama di lereng Gunung Rinjani. Desa adat ini dikelilingi oleh pagar yang terbuat dari batu kali yang tersusun rapi. Bagian atap rumah adat Beleq terbuat dari bambu dan alang-alang kering, sedangkan bagian lantai terbuat dari campuran tanah liat dan kotoran sapi. Campuran bahan untuk lantai ini dipercaya berfungsi untuk mengusir nyamuk. Terdapat 7 rumah adat Beleq yang fungsinya berbeda-beda,seperti Bale Gada untuk menyimpan persenjataan, Bale Maling untuk menyimpan alat keseharian, Bale Botol untuk menyimpan botol, dan masih banyak lagi. Pengurus tempat wisata ini juga tidak sungkan untuk menjelaskan apapun terkait tentang desa adat Beleq.
Meneruskan eksplorasi setelah puas dengan desa adat Beleq, berlanjut ke tempat berikutnya. Terdapat sebuah gerbang dan loket dengan membayar Rp. 5.000.- saja untuk dapat masuk. Melewati tempat nongkrong ala outdoor yang semuanya terbuat dari kayu dan dibentuk sengaja menyerupai batang pohon, saya dihadapkan dengan sebuah tangga. Uhh. Sedikit demi sedikit dan akhirnya saya berhasil melewati tangga yang hanya 5 menit ini. Setelahnya disambut dengan pemandangan landscape Sembalun, lengkap dengan bukit Pergasingan yang terpampang sangat dekat dan petakan sawah warna-warni yang berurutan rapi bak karpet raksasa. Luar biasa. Bagi saya yang mengunjungi bukit Selong pada siang hari bolong pasti akan berbeda jika datang pada waktu matahari terbit atau matahari terbenam. Suasana bukit Selong masih asri, sepi tidak banyak pengunjung ketika hari itu. Berharap tempat ini ramai pada akhir pekan. Overall, bukit Selong sangat instragamable. Saya menikmatinya dan sangat merekomendasikan tempat ini apabila kalian berkunjung ke Lombok.
Terima kasih bukit Selong. Semoga terdapat perbaikan sarana dan prasana seperti pengadaan lahan parkir, pemanfaatan tempat nongkrong ala outdoor, pengadaan cinderanata khas dari bukit Selong, dan lain-lain. Sehingga menarik minat pengunjung dan dapat memperbaiki perekonomian warga sekitar. Hidup pariwisata Indonesia!
Posting Komentar untuk "Wisata Desa Adat Beleq dan Bukit Selong di Sembalun"
You are welcome to share your ideas with us in comments!